Konservasi Rusa Bawean di Pudakit Barat yang Rusak Akibat Gempa. Sumber: Liputan Pribadi |
Sebagai spesies endemik yang hanya ditemukan di pulau ini, rusa bawean memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem setempat. Namun, ancaman serius seperti bencana alam, perburuan liar, dan perusakan habitat telah mempercepat penurunan populasi spesies ini. Konservasi menjadi kebutuhan mendesak agar rusa Bawean tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Spesies ini telah lama masuk dalam daftar satwa dilindungi secara nasional melalui PP Nomor 7 Tahun 1999 dan tercatat sebagai critically endangered (CR) dalam Daftar Merah IUCN.
Salah satu tantangan utama konservasi rusa bawean adalah gempa bumi pada 22 Maret 2024 yang membuat fasilitas pagar pembatas konservasi di Pudakit Barat rusak, menyebabkan semua rusa yang ada di penangkaran tersebut melarikan diri ke alam liar karena tidak adanya pagar penyekat antara konservasi dan alam liar.
Menurut Kepala RKW (Resor Konservasi Wilayah) 10 Pulau Bawean, Nursyamsi, “Gempa yang terjadi di tahun 2024 benar-benar menghancurkan fasilitas konservasi di Pudakit Barat. Semua rusa yang ada di sana akhirnya lepas ke alam liar, sehingga sekarang kami menghadapi tantangan besar dalam upaya perlindungan dan pemantauan populasi mereka.”
Pernyataan tersebut disampaikan dalam wawancara langsung yang dilakukan pada 24 Januari 2025, di kantor RKW 10 yang terletak di Sangkapura, Bawean. Lokasi ini menjadi pusat koordinasi kegiatan konservasi satwa liar di Pulau Bawean, termasuk spesies endemik rusa bawean (Axis kuhlii).
RKW 10 merupakan bagian dari struktur kerja Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur yang memiliki tanggung jawab mengawasi, melindungi, dan melakukan tindakan konservasi terhadap flora dan fauna di wilayah Pulau Bawean. Salah satu fokus utamanya adalah memastikan kelangsungan hidup satwa endemik seperti rusa bawean yang kini berstatus terancam punah.
Kawasan konservasi yang dikelola oleh RKW 10 sebelumnya mencakup area penangkaran di Pudakit Barat, sebuah lahan yang difungsikan sebagai tempat perlindungan dan pengembangbiakan rusa bawean secara semi-alami.
Kawasan ini terdiri dari pagar pembatas alami dan buatan, area pakan, serta jalur pemantauan. Sebelum gempa terjadi, kawasan tersebut menjadi pusat pengamatan populasi rusa secara intensif, dan menjadi tempat utama program pengenalan kembali ke habitat liar.
Namun, gempa bumi berkekuatan 6,5 SR yang mengguncang Bawean pada 22 Maret 2024 merobohkan pagar pembatas, kandang rusak, dan seluruh populasi rusa di area itu melarikan diri ke hutan.
Peristiwa tersebut mengubah pendekatan konservasi dari sistem tertutup menjadi pelacakan populasi liar, dengan segala tantangan yang menyertainya, mulai dari keterbatasan sumber daya hingga potensi konflik antara rusa dan aktivitas warga.
Kini, tanggung jawab RKW 10 menjadi lebih besar dari sebelumnya. Tidak hanya memastikan keberlangsungan hidup rusa Bawean, tetapi juga membangun kembali sistem konservasi yang lebih kuat dan adaptif terhadap bencana.
Perkembangan Populasi Rusa Bawean
Data populasi rusa Bawean mengalami fluktuasi dalam beberapa dekade terakhir. Pada 1979, populasi rusa Bawean diperkirakan mencapai 400 ekor. Namun, jumlah ini terus mengalami perubahan.
Nursyamsi menginformasikan bahwa konservasi yang dilakukan menunjukkan hasil positif, dengan populasi rusa yang cenderung stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa upaya konservasi mulai membuahkan hasil dan memberikan harapan bagi kelestarian spesies ini.
Upaya Konservasi
Sejumlah langkah telah diambil dalam upaya mempertahankan populasi rusa bawean, mulai dari sosialisasi ke seluruh masyarakat, penindakan tegas kepada pemburu rusa hingga membuat konservasi baru yang saat ini ada di Mombhul.
Kawasan konservasi di Mombhul saat ini menjadi satu-satunya tempat penangkaran tersisa dengan jumlah 46 ekor rusa (6 jantan dan 40 betina). Namun, kendala besar masih dihadapi karena konservasi ini belum memiliki legalitas resmi yang dimiliki oleh Jazilul Fawaid selaku wakil ketua MPR untuk periode 2019–2024.
Sejumlah Rusa Bawean di Mombhul, Sumber: liputan pribadi, team dimensi |
Menurut Faisyal Effendi Baweany, seorang aktivis independen lingkungan dan pariwisata, "Konservasi rusa bawean bukan hanya tentang menyelamatkan spesies ini, tetapi juga membangun kesadaran masyarakat bahwa satwa liar memiliki peran penting dalam ekosistem. Jika kita bisa mengelola konservasi dengan baik, rusa bawean dapat menjadi daya tarik ekowisata yang menguntungkan bagi warga setempat."
Faisal dikenal luas sebagai figur independen yang sejak lama aktif mengadvokasi pentingnya pelestarian alam Bawean melalui pendekatan masyarakat dan wisata edukatif.
Ia kerap menjadi penghubung antara komunitas lokal, wisatawan, dan pihak luar yang tertarik mengangkat potensi Bawean, terutama rusa bawean, sebagai ikon konservasi sekaligus aset ekonomi berkelanjutan.
Komitmennya terhadap pelestarian rusa bawean terlihat dari berbagai kegiatan yang telah ia lakukan, mulai dari kampanye penyadartahuan di sekolah-sekolah, pendampingan warga desa untuk tidak melakukan perburuan, hingga diskusi terbuka dengan pemerintah desa terkait konsep konservasi partisipatif.
Menurut Faisal, keberadaan rusa bawean seharusnya tidak hanya dilihat dari sisi pelestarian spesies saja, tetapi juga sebagai pintu masuk untuk mengembangkan pariwisata berbasis alam yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Dengan latar belakang tersebut, suara Faisal mewakili perspektif masyarakat sipil yang peduli, progresif, dan memahami dinamika konservasi dari akar rumput.
Kesadaran Masyarakat dan Potensi Ekowisata
Partisipasi aktif masyarakat menjadi elemen penting dalam keberhasilan program konservasi. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan mengembangkan ekowisata berbasis konservasi, dengan menjadikan rusa bawean sebagai daya tarik utama wisatawan. Dengan cara ini, masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi dari keberadaan rusa tanpa harus membahayakan populasi mereka.
Selain itu, sosialisasi yang lebih luas mengenai pentingnya rusa bawean dalam ekosistem harus diperkuat melalui kampanye di media sosial, seminar, dan kegiatan pendidikan bagi siswa sekolah setempat. Dengan memahami bahwa kelangsungan hidup rusa bawean juga berkaitan dengan keseimbangan ekosistem dan potensi ekonomi daerah, masyarakat diharapkan semakin mendukung upaya perlindungan spesies ini.
Menurut Nursyamsi, tindakan sosialisasi secara persuasif yang diterapkan oleh RKW 10 dan pemerintah setempat bawean menunjukkan bahwa masyarakat ikut turut serta menjaga populasi rusa yang ada di bawean dengan cara tidak memburu dan melaporkannya ke pihak-pihak berwenang guna mendapatkan tindakan terbaik bagi rusa bawean.
Konservasi Rusa Bawean di Pudakit Barat yang Rusak Akibat Gempa. Sumber: Liputan Pribadi |
Sebagai satu-satunya lokasi populasi rusa bawean di dunia, menjadi tanggung jawab bersama untuk menjaga kelestariannya.
Jika tidak segera diambil langkah konkret, spesies ini bisa menghadapi ancaman kepunahan yang lebih cepat dari perkiraan. Dengan kombinasi strategi konservasi yang kuat, regulasi yang jelas, dan partisipasi aktif masyarakat, rusa Bawean dapat terus hidup dan menjadi simbol keindahan keanekaragaman hayati di Pulau Bawean.